Senin, 26 Desember 2011

Dimanakah Sahabatku?

Sulit sekali kutemui seorang kawan yang setia
Ketika aku mulai percaya pada seseorang
Dan membagikan hidupku padanya
Tak berapa lama dia menusukku dari belakang
Seolah tak pernah ada yang istimewa antara aku dan dia
Yang tersisa hanyalah luka di hati

Memang, ada teman yang mendatangkan kecelakaan
Tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada saudara
Seorang sahabat selalu punya waktu untuk membagikan senyuman hangat
Bercanda walau sekejap
Tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan
Seorang sahabat menaruh kasih di setiap waktu
Menjadi seorang saudara dalam kesukaran
Perbuatlah seperti yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu

Pelangi Sehabis Hujan

Bohong jika aku berkata bahwa hidupku tanpa ketakutan
Aku takut kesepian
Aku takut kehilangan
Aku takut ditinggalkan
Namun justru kesemuanya itu yang kurasakan
Seolah apa yang diri ini pernah lakukan tak ada gunanya
Hanya seperti sekam yang ditiup angin
Hati ini teriris
Tak tahu sampai kapan lukanya terus menganga

Terlalu muluk rasanya jika aku katakan hidupku adalah hidup dalam pujian
Pujian terkadang memang ada untukku
Namun hanya orang yang tak mengenalku yang melakukannya
Ketika mereka berbalik mengenalku,
Tak ada lagi pujian yang kudengar
Yang ada hanyalah tuntutan
Aku bahkan tak punya pilihan
Yang mereka tahu aku harus melakukannya
Hancur hati ini
Sesulit inikah mendapatkan pujian dan pengakuan?

Terlalu sempurna jika aku katakan hidupku tanpa penolakan
Aku ada sebagaimana adanya diriku
Bukan berarti aku tak ingin berkembang dengan membatasi diriku
Tentu aku ingin berubah
Berubah menjadi pribadi yang lebih baik
Hanya saja asa ini tak cukup untuk membuat diriku berubah
Tak tahu apa yang salah
Apakah memang tak dapat dirubah atau perlu waktu yang sangat lama
Tapi sekelilingku, justru dari orang-orang yang aku sayangi
Menuntutku untuk segera berrevolusi
Seolah mereka hanya ingin diriku yang sempurna
Kecacatan diriku adalah suatu kejijikan bagi mereka
Ejekan hampir menjadi hal yang biasa kudengar
Seolah tak ada dukungan, apalagi penghargaan
Hati ini sungguh terluka
Apa makna diriku bagi mereka?

Terlalu naif jika kukatakan aku hidup dengan kelembutan
Masa kecilku dipenuhi dengan hukuman
Tiap kesalahan yang aku buat berarti kesakitan untukku
Aku tak pernah rasakan sebuah pelukan hangat
Aku tak pernah rasakan usapan di kepala
Aku tak pernah rasakan kecupan selamat malam
Aku hanya bisa mendapatkannya dari orang-orang yang tak mengenal diriku
Apakah aku seorang anak yang hilang?

Setiap detik aku lewati bukan tanpa makna
Aku lakukan sepenuh hati sebaik yang aku bisa
Tapi ketika waktunya memanen hasil
Tak ada yang menegur ataupun melihat
Orang-orang terdekatku, yang aku sayangi
Semua hanya memalingkan muka seolah hal yang biasa
Dimanakah aku di hati mereka?

Aku hidup dengan hati yang terluka
dengan hati yang tersiksa
Akhirnya aku cenderung melukai orang lain
melukai orang-orang yang aku sayangi
Aku tak ingin melukai mereka yang kusayangi

Ketakutanku takkan menambah sehasta saja pada jalan hidupku
Kepedihan hati hanya akan mematahkan semangat
Semangat yang patah mengeringkan tulang
Siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?
Hidup bukan tentang ketakutan
Hidup itu tentang damai sejahtera dan sukacita

Hidup pun tak seharusnya mengejar pujian
Karna aku dikasihi, aku ditegor dan dihajar
Tak ada maksud buruk dari perlakuan mereka terhadapku
Hanya cara yang salah dalam aku memandang
Tak ada pula yang mengatakan bahwa pembentukan karakter itu nikmat
Merelakan hati untuk dibentuk
Merelakan hati untuk merasakan sakit
Karena pukulan dan tempaan akan menghasilkan bejana yang indah
Seperti pelangi sehabis hujan
Segala sesuatu indah pada waktunya

Hati yang Sama


Aku bukan orang yang pandai membaca hati
Seberapa tuluskah
Seberapa murnikah
Aku tak mengerti

Aku bertemu dengan seorang kawan
Yang aku tahu mungkin punya rasa yang sama denganku
Takut kehilangan
Takut ditinggalkan
Takut kesepian
Takut sendiri
Menggadaikan segalanya untuk tidak mencicipinya
Rasa khawatir mulai merasuk jiwa
Ingin selalu jadi pusat perhatian
Bahkan rela terbunuh demi rasa
Namun itu hanya mungkin

Minggu, 25 Desember 2011

"Anak" Belajar dari Kehidupan yang Mereka Jalani

Bila seorang anak hidup dengan kritik,
Ia belajar untuk menyalahkan
Bila seorang anak hidup dengan kekerasan,
Ia belajar untuk berkelahi
Bila seorang anak hidup dengan ketakutan,
Ia belajar untuk menjadi penakut
Bila seorang anak hidup dari rasa benci,
Ia belajar untuk tidak menghargai hidup
Bila seorang anak hidup dengan ejekan,
Ia belajar menjadi pemalu
Bila seorang anak hidup dari rasa malu,
Ia belajar merasa bersalah
Bila seroang anak hidup dengan berbagi,
Ia belajar murah hati
Bila seorang anak hidup dengan toleransi,
Ia belajar menjadi sabar
Bila seorang anak hidup dengan dukungan,
Ia belajar percaya diri
Bila seorang anak hidup dengan pujian,
Ia belajar untuk menghargai
Bila seorang anak hidup dengan penghargaan,
Ia belajar untuk mempunyai tujuan hidup
Bila seorang anak hidup dengan rasa adil,
Ia belajar tentang keadilan
Bila seorang anak hidup dengan rasa aman,
Ia belajar memiliki kepercayaan diri
Bila seorang anak hidup dengan persetujuan,
Ia belajar meyukai dirinya sendiri
Bila seroang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Bila seorang anak hidup dengan ketenangan dan kebahagiaan,
Anak anda akan hidup dengan pikiran yang damai

Kehidupan seperti apa yang anak anda jalani?
atau
Kehidupan seperti apa yang pernah anda alami?

(Ag. Andi Iwan Iswanto MSF dalam Good News Edisi Desember 2011-Januari 2012)

Selasa, 06 Desember 2011

Lihatlah!

hai kawan...
sampai kapan matamu tertutup?
tak bergeming...
sampai kapan telingamu tersumbat?
tak peduli...

hai kawan...
sadarlah, bukalah matamu
lihatlah sekelilingmu
detik-detik telah terabaikan olehmu

hai kawan....
sadarlah, bukalah telingamu
dengarkan nada sumbang dari mulutmu
apakah yang kau serukan itu?
kau berkata tanpa makna
tanpa arti
kosong

hai kawan...
hati ini miris
tak kau dengar kata-kata lembut,
berusaha membentukmu
kata-kata keras
berusaha menempamu
akankah ini dirimu?
seandainya demikian,
maka cukuplah aku berkata-kata